Header Ads

Kesenjangan Pendidikan, Kota dan Pedesaan.

LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Pendidikan menjadi hal yang paling sering menjadi sorotan, karena lewat pendidikanlah sesuatu perubahan dimulai. Penciptaan generasi muda yang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan yang dengan ilmu pengetahuan itu dapat melakukan pembangunan di segala bidang merupakan alasan umum mengapa pendidikan menjadi begitu penting. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan dikarenakan pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.
Seorang pemerhati pendidikan Prof. Eko Budihardjo, ironi yang justru terjadi dengan pendidikan di negara yang begitu luas ini adalah pendidikan yang tidak meluas merata ke seluruh penjuru nusantara. Di era pembangunan yang sedang gencar-gencarnya ini, kesenjangan masih dirasakan oleh wilayah-wilayah Indonesia yang berada jauh dari jangkauan pemerintah pusat. Bukan hanya antar daerah, tetapi antar kota pun terdapat kesenjangan pendidikan yang sebenarnya juga terlihat timpang, (dalam www.mediaindonesia.com)

RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengaruh globalisasi dalam dunia pendidikan di Indonesia?
  2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesenjangan pendidikan di Indonesia?
  3. Bagaimana solusi untuk kesenjangan dalam dunia pendidikan?
PEMBAHASAN
Pengaruh Globalisasi Dalam Dunia Pendidikan
Arus globalisasi yang sudah terjadi sejak abad ke 20, memaksa setiap negara khususnya Indonesia untuk menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa. Menurut Princenton N. Lyman, Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan. Berdasarkan sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elekrronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Kata “globalisasi” dari kata global yang berarti universal atau ruang lingkupnya mendunia.  Globalisasi pada dasarnya merupakan proses yang ditimbulkan dari suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas kebangsaan dan kenegaraan. (Anggaradian,2011)
Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya sangat berdampak bagi keberadaan aspek kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, baik itu berupa dampak positif atau negatif yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya, kepribadian serta kualitas pendidikan.
Banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional (Hanakristina,2010).
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri (Hanakristina,2010).
Pendidikan model ini juga membuat siswa memperoleh keterampilan teknis yang komplit dan detil, mulai dari bahasa asing, computer, internet sampai tata pergaulan dengan orang asing dan lain-lain. sisi positif lain dari liberalisasi pendidikan yaitu adanya kompetisi. Sekolah-sekolah saling berkompetisi meningkatkan kualitas pendidikannya untuk mencari peserta didik.
Selain itu peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dalam UUD 1945 jelas disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Karena itu, mutu pendidikan harusnya bukan untuk sekelompok orang, tetapi untuk semua anak bangsa.
Kesenjangan Pendidikan
Perkembangan pendidikan di Indonesia memang masih pada level stagnan atau jalan ditempat. Sistem pendidikan yang selalu berubah-rubah, kurikulum yang selalu berubah, dan kebijakan-kebijakan yang membingungkan membuat status pendidikan Indonesia belum juga meningkat (Nur Rois, 2012).
Pemerintah memang tak henti-hentinya memberikan kebijakan demi kemajuan pendidikan, namun kebijakan demi kebijakan seakan hanya menjadi oase di tengah padang pasir yang kesejukannya hanya sesaat saja. Dalam praktiknya, pendidikan tetap menjadi masalah yang krusial bagi bangsa ini.
Hingga saat ini memang belum terjadi pemerataan pendidikan, baik dari segi tenaga pengajar, fasilitas sarana prasarana, sampai siswa-siwanya yag kelak menjadi generasi penerus bangsa. Sekolah yang kualitasnya bagus karena memiliki pengajar yang kompeten, fasilitas lengkap, dan siswa-siswanya cerdas akan semakin bagus. Sedangkan sekolah yang kualitasnya sedang justru sebaliknya. Sekolah yang kualitasnya sedang atau kurang bagus akan menjadi bertambah buruk. Sudah tenaga pengajarnya kurang kompeten, fasilitasnya kurang, siswa-siswanya juga kurang secara akademis menurut Prof. Eko Budihardjo (dalam www.mediaindonesia.com).
Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas bertaraf Internasional diperlukan dana kurang lebih dari puluhan juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Maka, ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam (Hanakristina,2010).
Bukan hanya kualitas pendidikan, fasilitas dan kemampuan siswa secara akademis yang menjadi ketimpangan kesenjangan pendidikan, tetapi juga secara psikologis yaitu perkembangan siswa. Anak-anak dapat berkembang lebih baik bila ada interaksi dengan siswa dan guru yang berbeda-beda. Manfaatnya, siswa-siswa pintar bisa berbagi, sedangkan siswa yang kurang pandai bisa belajar untuk meningkatkan diri. Bila anak-anak sudah dikotak-kotakkan berdasarkan kecerdasan atau taraf ekonomi melalui sistem pendidikan, generasi muda Indonesia akan menganggap bahwa ketidakadilan merupakan hal biasa. Kebijakan pemerintahlah yang seHarusnya meminimalisir jumlah anak-anak bangsa yang tertinggal.
Selain itu, juga akan mempengaruhi budaya bangsa. Misalnya, untuk sekolah yang bertaraf internasional, mata ajar wajib bukan hanya pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa-bahasa asing lainnya. Serta untuk bahasa pengantar dalam pembelajaran tidak sepenuhnya lagi menggunakan Bahasa Indonesia dikarenakan guru-gurunya pun dikonsepkan untuk bisa fasih dalam bahasa asing lainnya terutama bahasa inggris. Selain bahasa pengantar dalam pembelajaran, bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah bukan lagi menjadi bahasa pergaulan siswa untuk siswa-siswa yang bersekolah di sekolah yang bertaraf internasional.
Padahal masih banyak guru-guru di daerah atau guru-guru di perkotaan yang belum mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih dalam mengajar. Dikarenakan sebagian dari guru kita di tanah air ini masih menggunakan bahasa daerahnya dalam mengajar meski tinggal dan hidup di lingkungan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Begitupun juga dengan siswa-siswanya. Sehingga diharapkan walaupun kita bisa bahasa asing, kita tidak melupakan bahasa ibu.
Sehingga, dapat dikatakan banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan, yaitu sebagai berikut :
  • Sumber daya manusia
  • Infrastruktur
  • Proses pembelajaran yang konvensional
  • Lemahnya sistem pendidikan nasional
Solusi Menghadapi Kesenjangan Dunia Pendidikan
Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat, dapat bergerak cepat menemukan dan memperbaiki celah – celah yang dapat menyulut kesenjangan dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama dalam bidang birokrasi.
Ide Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh. Nuh yang mengingatkan, bahwa dalam dunia pendidikan tak boleh ada sikap diskriminatif yang disebabkan adanya perbedaan kaya dengan miskin akibat faktor wilayah kota dan desa sehingga seseorang kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan. Perlu diimplentasikan dan dilaksanakan dengan segera, agar hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dapat segera terwujud, dan dapat mendorong lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan kurikulum maupun metodologi yang tidak banyak mengeluarkan biaya (di dalam Hanakristina,2010).
Selain itu membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh kemampuan dan kreativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah. Kriteria yang mempersyaratkan kemampuan menampung siswa tidak mampu sekaligus kemampuan untuk mensejahterakan guru. Sekolah tidak lagi diukur dari kemampuannya mencetak siswa yang pintar melainkan bagaimana mengajarkan siswa untuk saling bertanggung jawab dan mempunyai solidaritas tinggi. Standar internasional tentang kemampuan intelektual tidak akan bisa diraih dengan kondisi struktural yang masih mengalami persoalan ketimpangan dan kesenjangan sosial.
Selain dari pada itu ada beberapa solusi yang daapat dilaksanakan, yaitu :
  • Meningkatkan mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lainnya
  • Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
  • Peningkatan Mutu Manajemen sekolah dan Manajemen pelayanan pendidikan
  • Peningkatan mutu sarana dan prasarana
  • Penanaman nilai-nilai keteladanan
  • Pengembangan budaya baca dan pembinaa perpustakaan
  • Penelitian dan pengembangan pendidikan
KESIMPULAN
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang didalamnya terdapat proses yang mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan, yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya, dan kepribadian yang dapat berdampak positif dan negatif. Berdampak positif jika membuat perubahan yang membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju, dan berdampak negatif jika menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri.
Globalisasi pendidikan di Indonesia ditandai dengan ambivalensi yang apabila kita mengikuti arus globalisasi tersebut dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia setingkat dengan kualitas pendidikan Internasional, tetapi pada kenyataannya Indonesia belum siap untuk mengikuti arus tersebut sehingga kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal, sehingga terjadinya tidak pemerataan yang mengakibatkan kesenjangan pendidikan.
Untuk menghadapi pengaruh kuat globalisasi diperlukan kerja sama yang padu antar semua komponen pendidikan seperti pendidik, peserta didik, keluarga, dan lingkungan. Selain itu pemerintah juga berperan sebagai penjamin penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan merata di Indonesia seharusnya memberikan pendidikan yang murah. Sehingga tidak ada alasan lagi anak tidak dapt sekolah karena alasan biaya mahal.
Terlepas dari semua keuntungan yang didapat melalui era globalisasi ini. Pemerintah selayaknya tetap waspada serta memberikan perhatian khusus terhadap dunia pendidikan agar komersialisasi dalam dunia pendidikan tidak marak terjadi, selain itu penerapan UU serta hukum yang jelas akan sangat membantu dalam mencipatakan sistem pendidikan yang lebih baik dan sesuai dengan norma serta nilai-nilai luhur bangsa, sehingga dengan adanya globalisasi dampak baik dalam sistem pendidikan Indonesia dapat dioptimalkan demi kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Fikri. 2012. Globalisasi Pendidikan. [Online].
http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/08/globalisasi-pendidikan-371426.html     diakses tanggal 2 Desember 2012
Dian, Anggara. 2011. Makalah Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan. [Online]. http://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-    terhadap-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 2 Desember 2012
Kristina, Hana. 2010. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pendidikan. [Online].     http://hanakristina.wordpress.com/2010/03/29/dampak-globalisasi-dalam-dunia-    pendidikan/ diakses tanggal 2 Desember 2012
Prasetyo, Eko. 2005. Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta : Resist Book.
Rois, Nur. 2012. Kesenjangan Sosial Di Dunia Pendidikan. [Online].     http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/11/kesenjangan-sosial-di-dunia-    pendidikan/diakses tanggal 6 Desember 2012
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/04/239032/293/14/Kesenjangan-    Pendidikan-Masalah-Serius-di-Indonesia diakses tanggal 6 Desember 2012.

No comments

terimakasih atas kunjungannya

Powered by Blogger.