Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Sebagai Penunjang dalam Menghadapi MEA 2015
PeningkatanKualitas Tenaga Kerja Indonesia Sebagai Penunjang dalam Menghadapi MEA 2015.
Sumber gambar : Google |
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah
Negara yang kaya
akan sumber daya
baik sumber daya alam
maupun sumber daya
manusia. Menurut Badan Pusat
Statistik yang diakses tanggal 10
April 2013 bahwa
jumlah penduduk Indonesia
tahun 2010 adalah 194.754.808
jiwa, tahun 2011
adalah 206.264.595 jiwa
dan tahun 2012 mencapai 237.641.326 jiwa. Data
diatas menunjukkan bahwa
sumber daya manusia
di Indonesia jumlahnya terus
meningkat. Hal ini
berbanding terbalik dengan
data jumlah perusahaan menurut
sub-sektornya pada tahun
2008 adalah 25.694,
tahun 2009 adalah 24.468 dan
tahun 2010 adalah 23.345. (BPS yang diakses tanggal 15 April2013). Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
lapangan kerja tidak sebanding dengan laju pertumbuhan
penduduk. Pernyataan tersebut diperkuat dengan teori Thomas Robert Malthus
bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat
dibandingkan dengan produksi
hasil pertanian untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia
berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya
meningkat sesuai dengan deret hitung.
Di era
globalisasi seperti ini, munculnya
Komunitas ASEAN sering
disebut dengan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
adalah salah satu
pilar-pilar impian masyarakat
ASEAN. Dimulainya MEA 2015
tersebut tentu akan
memberikan dampak positif
dan negatif bagi Indonesia.
Dampak positifnya adalah
MEA 2015 akan
memacu pertumbuhan investasi dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena
itu, Investasi dalam negeri
berpotensi akan meningkat
yang akan menambah
jumlah lapangan kerja dalam
negeri. Bertambahnya lapangan
kerja di Indonesia
akan menambah kesempatan kerja
bagi tenaga kerja
Indonesia. Peluang kedua
adalah penduduk Indonesia dapat
mencari pekerjaan di luar negeri dengan aturan yang lebih mudah. Dampak
negatifnya adanya pasar barang dan jasa secara bebas khususnya pada
ketenagakerjaan adalah persaingan tenaga kerja semakin ketat karena tenaga kerja asing
akan masuk ke
Indonesia. Hal inilah
yang akan menambah
pelik masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Maka perlu
adanya evaluasi terhadap tenaga kerja
Indonesia sebagai upaya
meningkatkan kualitas tenaga
kerja Indonesia.
Rumusan Masalah
1. Apakah
masalah yang dihadapi tenaga kerja Indonesia saat ini?
2. Apa
pengaruh MEA 2015 terhadap Ketenagakerjaan Indonesia?
3. Bagaimana
peningkatan daya saing tenaga kerja Indonesia?
Tujuan
Permasalahan
1. Untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi tenaga kerja Indonesia saat ini.
2. Untuk
mengetahui pengaruh MEA 2015 terhadap ketenagakerjaan Indonesia.
3. Untuk
mengetahui bagaimana peningkatan daya saing tenaga kerja Indonesia.
KAJIAN TEORI
Meski
tercatat sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah
dengan luas dan populasi terbesar di antara negara-negara lainnya di Asean,
Indonesia diperkirakan masih belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Aseanpada
tahun 2015. Pernyataan tersebut beralasan mengingat bahwa masih ada sejumlah
masalah mendasar yang menimpa Indonesia dan harus segera diatasi sebelum
berlakunya Mayarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015. Iklim investasi kurang
kondusif yang diindikasikan melalui masalah ruwetnya birokrasi, infrastruktur,
masalah kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan (perburuhan) serta
korupsi merupakan sebagian dari masalah yang saat ini masih menyandera
pemerintah Indonesia.
Kendala-kendala
tersebut di atas mengakibatkanIndonesia belum dapat mensejajarkan diri untuk
“tegak sama tinggi dan duduk sama rendah” di antara negara-negara Asean
lainnya.
Oleh
karena itu, pemerintah dituntut untuk segera mempersiapkan langkah &
strategi menghadapi ancaman hempasan gelombang tsunami ekonomi “Masyarakat
Ekonomi Asean” dengan menyusun dan menata kembali kebijakan-kebijakan nasional
yang diarahkan agar dapat lebih mendorong dan meningkatkan daya saing
(competitiveness) sumber daya manusia dan industri di Indonesia. Taraf daya
saing nasional ini perlu segera ditingkatkan mengingat bahwa berdasarkan Indeks
Daya Saing Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi
75 atau jauh tertinggal dibanding Vietnam (posisi 53) yang baru merdeka dan
baru bergabung ke dalam ASEAN.
PEMBAHASAN
1. Masalah
yang dihadapi tenaga kerja Indonesia saat ini.
Faktor-faktor yang menjadi
masalah tenaga kerja
Indonesia yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran dalam
dunia kerja, yaitu :
1) Kurangnya Kesempatan Kerja
Saat
ini, jumlah lapangan
pekerjaan di Indonesia
masih belum mampu menyerap seluruh angkatan kerja yang
berakibat masih adanya pengangguran baik itu
pengangguran yang terdidik
maupun tidak terdidik.
Hal tersebut juga dipengaruhi adanya
krisis global yang
mengakibatkan produksi barang/jasa perusahaan mengalami
penurunan yang berdampak
langsung pada pengurangan jumlah tenaga kerja. Oleh sebab
itu yang mempengaruhi
kesempatan kerja adalah permintaan
tenaga kerja dan produktivitas rumah tangga produsen.
2) Perubahan Industri dari Padat Karya menjadi
Padat Modal
Banyak
perusahaan yang lebih
memilih menggunakan pola
padat modal daripada padat karya
dengan berbagai pertimbangan. Investasi
yang menjorok pada padat modal akan menjadi ancaman bagi tenaga kerja
Indonesia karena akan
memperkecil kesempatan kerja.
Hal tersebut juga akan
menambah jumlah pengangguran
dalam negeri. Oleh
sebab itu, untuk negara berkembang seperti Indonesia
dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara, investasi dengan sistem
padat modal akan mengancam tenaga kerja.
3) Penetapan upah minimum
Saat
ini upah menjadi
polemik antara pengusaha
dengan tenaga kerja atau buruh. Belum ada kesepakatan
mengenai upah minimum tenaga kerja karena berbagai hal. Upah
tenaga kerja akan
mempengaruhi permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Ketika
tenaga kerja menginginkan
upah yang besar
perusahaan cenderung merubah sistem
produksi dengan padat
modal namun ketika upah tenaga kerja tidak ditingkatkan
kesejahteraan tenaga kerja juga sulit ditingkatkan. Inilah yang
menjadi masalah kompleks
tenaga kerja.
Rendahnya kualitas
tenaga kerja tentu
akan mempengaruhi daya
saing dari tenaga kerja itu sendiri, seperti yang dimuat dalam suara pembaharuan yang diakses
tanggal 15 April
2013 bahwa World
Economic Forum (WEF) dalam surveinya pada 2010 mencatat, peringkat daya
saing Indonesia di posisi 44. Rendahnya kualitas tenaga kerja
dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan seseorang. Dan menurut data Badan Pusat Statistik bahwa pada
tahun 2012 bulan agustus jumlah pengangguran
terbuka dari seluruhnya 7.244.956 jiwa, pengangguran terbuka
pada tingkat SLTA
(umum) mencapai 1.832.109
jiwa. Tentu hasil survey
ini cukup memprihatinkan ketika
pendidikan SLTA/sederajat
dirasa telah cukup
untuk menjadi bekal
mereka bekerja ternyata
penyerapan dalam dunia kerja masih kurang besar.
6) Ketakutan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi
Tenaga Kerja Asing
Masalah
yang lain bagi
tenaga kerja Indonesia
adalah kurang percaya dirinya mereka
apabila berhadapan dengan
tenaga kerja asing.
Gambaran mengenai tenaga kerja
asing yang lebih
handal, cerdas, dan
berkompetensi membuat tenaga kerja
Indonesia merasa kecil hati.
Sikap dan mental
dari tenaga kerja inilah yang
juga harus diperbaiki supaya dalam menghadapi MEA 2015 ini, masyarakat
Indonesia khususnya tenaga kerja maupun angkatan tenaga kerja tidak ragu dan
merasa kurang daripada tenaga kerja asing.
Telah ada aturan yang mengatur tenaga kerja asing di
Indonesia yaitu Keputusan Menakertrans
Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-jabatan tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga
Kerja Asing. Aturan
yang mengacu pada
Pasal 46 Undang- Undang
Ketenagakerjaan ini bertujuan mengantisipasi globalisasi sektor jasa atau
tenaga kerja pada
masa depan. Adanya peraturan tersebut
sedikit membuat tenaga kerja kita terlindungi.
2. Pengaruh
MEA 2015 Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia
Sesuai
dengan kerjasama di
bidang ekonomi yang
diatur dalam Komunitas ASEAN,
nantinya pasar barang, jasa dan investasi dapat secara bebas bergerak tanpa
batasan geografis. Khususnya pada tenaga kerja, MEA 2015 pasti akan berdampak
langsung pada ketenagakerjaan Indonesia.
Secara teoritis,
liberalisasi dalam pasar
barang, jasa, modal
dan tenaga kerja akan
meningkatkan produktivitas tenaga
kerja, karena akan
menciptakan kondisi yang mendorong perusahaan untuk mengalokasikan sumber-sumber
daya secara lebih efisien. (Sugiyono,2010) Adanya mobilitas
tenaga kerja yang
tanpa batas, tentu
akan membuat kesempatan kerja bagi
angkatan kerja semakin luas dengan cakupan wilayah yang luas pula.
Tenaga kerja bisa
bebas memilih jenis
pekerjaan sesuai dengan
yang mereka inginkan dan
perusahaan juga dapat
memilih tenaga kerja
yang sesuai dengan
spesifikasinya.
Namun, jangan
hal tersebut membuat
masyarakat Indonesia bersenang dulu karena justru ketika pasar
barang dan jasa itu dimulai tanpa kesiapan sumber daya manusia
yang berkualitas kita
hanya akan menjadi
penonton kesuksesan di negeri
sendiri. Seperti yang
saat ini terjadi,
jumlah pekerja migrant
yang besar dari Indonesia
cenderung didominasii oleh pekerja dengan keahlian rendah (low-skilled).
MEA 2015
juga menuntut tenaga
kerja Indonesia mempunya
keahlian yang lebih dari rata-rata agar bisa bersaing dengan tenaga
kerja asing dari negara-negara tetangga. Oleh karena itu, perlu adanya
perbaikan kualitas dari tenaga kerja Indonesia.
3. Peningkatan
Kualitas Tenaga Kerja Indonesia
Dari
masalah-masalah yang dihadapi tenaga kerja Indonesia, maka perlu adanya perbaikan
dan penyempurnaan dari
hal-hal yang telah
ada. Kembali kepada daya
saing tenaga kerja
Indonesia, tentu harus
ada perbaikan mutu
atau kualitas dari tenaga
kerja itu sendiri.
Harus ada nilai
lebih yang ditawarkan
oleh tenaga kerja Indonesia kepada penyedia kerja agar dapat dipertimbangkan
di pasar lokal maupun global bukan sebagai TKI dengan kemampuan rendah. Agar
tenaga kerja Indonesia mempunyai daya saing
yang tinggi maka perlu adanya korelasi antara input
penunjang tenaga kerja,
antara lain:
a. Kesehatan
Kesehatan merupakan
komponen sumber daya
manusia yang paling mendasar. Kreativitas dan
produktivitas yang maksimal berawal dari kesehatan. Apabila penduduk
Indonesia dalam keadaan
yang tidak sehat maka daya saing dalam dunia kerja juga tidak
akan maksimal. Maka perlu adanya peningkatan kesehatan bagi penduduk
Indonesia agar produktivitasnya dapat maksimal. Peningkatan
kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan
pendidikan mengenai kesehatan. Kesehatan
juga dikaitkan dengan kesejahteraan. Sulitnya
menjaga kesehatan atau
mengobati sakitnya akan
berdampak pada kurang maksimalnya
produktivitas mereka yang akan berdampak pada penurunan pendapatan. Oleh karena itu, perbaikan kesehatan
masyarakat harus diperhatikan untuk membangun generasi yang kompetitif.
b. Pendidikan
Hasil penilitian
memperlihatkan adanya hubungan
positif antara derajat pendidikan dengan kehidupan ekonomi,
dimana semakin tinggi derajat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula derajat kehidupan
ekonominya. Terhadap permasalahan ini
ternyata banyak bukti
yang menunjukkan bahwa antara keduanya terdapat hubungan saling mempengaruhi, yaitu bahwa pertumbuhan pendidikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi petumbuhan
pendidikan (Bowles dan
Gintis 1976, Adiwikarta 1988,
Saripudin 2005).
Kaitannya dengan
tenaga kerja, ketika
pendidikan dari tenaga
kerja semakin tinggi maka kesempatan kerja juga semakin besar.
Pendidikan juga akan memberikan akreditasi professional bagi tenaga kerja
sehingga jangka panjangnya tenaga
kerja Indonesia lebih
diperhitungkan oleh penyedia
kerja di pasar
lokal maupun global.
Pendidikan dapat dilakukan
melalui pendidikan formal,
pendidikan informal maupun pelatihan.
Pendidikan sebaiknya menggunakan
pendekatan kebutuhan dunia kerja
agar manfaat dari
ilmu tersebut dapat
langsung dirasakan oleh angkatan
kerja. Hal tersebut
juga perlu dukungan
dari teknologi dan komunikasi yang
baik. Persiapan tersebut
tentu dapat meningkatkan
daya saing tenaga kerja
Indonesia.
c. Komunikasi
Komunikasi adalah
hal yang penting
bagi kehidupan. Segala
sesuatu dimulai dari komunikasi.
Komunikasi yang baik
akan meningkatkan
produktivitas dan komunikasi
yang buruk akan
mengurangi kemauan seseorang
untuk bekerja sama. Dengan
dimulainya MEA 2015
akan ada masalah
dalam komunikasi karena bahasa
dari tiap-tiap negara berbeda. Khususnya pada tenaga kerja, hal ini akan
sedikit berat ketika
mereka tidak mampu
berbahasa asing. Oleh karena
perlu dilakukan pembinaan
kepada tenaga kerja
kita dalam berbahasa asing untuk memperlancar komunikasi
mereka, salah satunya dengan Teknologi. Di era globalisasi , Teknologi dianggap
sebagai teman keseharian. Hal itu disebabkan
manusia dalam menjalankan
aktivitasnya akan selalu menggunakan teknologi. Oleh sebab itu
perlu adanya sistem
yang mengup-date mengenai
teknologi terkini yang dapat
dipelajari tenaga kerja.
Hal tersebut dilakukan
agar tenaga kerja mampu mengup-date keahlian mereka
sehingga daya saing mereka juga akan meningkat.
KESIMPULAN
Dimulainya MEA pada tahun 2015 akan
memberikan dampak positif dan negatif.
Hal tersebut tergantung
pada bagaimana kita
menyikapi pasar bebas barang
dan jasa tersebut.
Dengan mempersiapkan kualitas
SDM yang memadai tentu
MEA 2015 tidak
akan menjadi halangan
yang berarti bagi
tenaga kerja Indonesia. Untuk
itu, perlu dilakukan korelasi input penunjang tenaga kerja yang meliputi
1)Pendidikan 2) Kesehatan
3)Teknologi dan 4)Komunikasi
sebagai persiapan menghadapi MEA 2015.
DAFTAR
PUSTAKA
Ruhimat, Mamat.Jurnal
Mobilitas Tenaga Kerja
Indonesia dalam Era Globalisasi.
Anwar,
mohammad arsjad dkk.1995.Sumber daya, Teknologi, dan Pembangunan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utaman
Suryanto,
Dwi. Jurnal Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008.
Post a Comment